Politika – Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar Rupiah kembali menunjukkan tren pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah dibuka pada posisi sekitar Rp16.831 per USD, menandakan tekanan yang masih membayangi mata uang domestik di tengah ketidakpastian pasar global.
Pelemahan ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang memengaruhi sentimen investor baik dari dalam maupun luar negeri. Kebijakan moneter ketat yang masih dijalankan oleh Federal Reserve AS menjadi salah satu penyebab utama menguatnya dolar secara global, sehingga memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang seperti Indonesia.
Baca juga: Semarak Rupiah Ramadan: Penukaran Uang Baru Lebaran 2025 Dibuka Hari Ini
Baca juga: Dampak Sanksi AS: Lima Bank Irak Dilarang Gunakan Dolar
Selain itu, dinamika perdagangan internasional juga turut memperberat kondisi Rupiah. Ketegangan dagang dan kebijakan tarif yang belum sepenuhnya mereda membuat pasar valuta asing bergerak penuh kehati-hatian.
Data resmi dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia juga mencerminkan tren serupa. Kurs pajak untuk Dolar AS periode 16 hingga 22 April 2025 ditetapkan di kisaran Rp16.844 per USD, memperkuat gambaran bahwa nilai tukar rupiah sedang berada dalam fase tekanan.
Baca juga: BPI Danantara Diresmikan, Media Asing Bandingkan dengan Temasek
Meski demikian, para pelaku pasar tetap berharap adanya stabilisasi seiring dengan upaya pemerintah dan otoritas moneter untuk menjaga fundamental ekonomi nasional agar tetap kuat menghadapi gejolak eksternal.
Dengan situasi saat ini, masyarakat dan pelaku usaha disarankan untuk terus memantau perkembangan nilai tukar serta kebijakan ekonomi terbaru agar dapat mengambil langkah strategis dalam menghadapi fluktuasi mata uang.***