Politika – Bentrok antar warga di Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Kamis (3/4/2025) Sore, terungkap kronologinya.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Negeri Sawai (AMAN), Abdul Mikat Ipaenin mengungkapkan bahwa kejadian bermula dari dua pria warga Desa Masihulan masuk ke Negeri Sawai dengan mengendarai sepeda motor lalu dicegat oleh Warga sawai, setelah ditanya maksud kedatangan dua pria tersebut ternyata mencari Agenk BRI Link.
“Setelah ditanya dua pria tersebut sedang dipengaruhi minuman keras (MIRAS). Mereka megatakan bahwa maksud kedatangan mereka ke negeri Sawai adalah mencari Agenk BRI Link, jawaban dari kedua pria tersebut kemudia direspon dengan meminta agar mereka segera pulang atau kembali ke Desa Mereka di Masihulan, mereka berdua pun kembali pulang,” tulis Abdul dalam keterangan yang diterima Politika, Selasa (8/3).
Keesokan harinya pada pagi pukul 08:30 ada Dua (2) sepeda motor yang dikedarai oleh Dua pria warga Dusun Rumaolat, salah satu pria membonceng Istri serta anaknya yang berusia sekitar tiga (3) tahun, dan satunya lagi membonceng anak berusia sekitar enam (6) tahun dicegat oleh salah satu Warga Negeri Sawai di Rohon, hingga berujung penamparan.
Baca juga: OPM Membunuh Guru di Yahukimo Papua, Pakar : Ini Pelanggaran HAM
“Saat ditanya apa maksud kedatangan mereka ke Negeri Sawai, mereka menjawab bahwa mau membeli Minyak Pertalait, dengan mendengar jawaban tersebut kemudian sedikit terjadi saling jawab yang berujung pada tindakan penamparan yang dilakukan warga sawai kepada salah satu pria rumaholat disertai pengusiran agar mereka kembali pulang ke rumaholat,” lanjutnya.
Tak lama setelah tindak penamparan dan pengusiran yang dilakukan salah satu Warga Sawai tersebut warga Rumaholat yang tidak terima kemudian melakukan tindakan pemalangan jalan utama menuju Desa Olong, kejiadian itu juga langsung direspon oleh pihak keamanan Polisi dan TNI tiba di Negeri sawai sekitar pikul 12:30 WIB untuk menangani masalah yang terjadi.
“Merasa tindakan penanganan yang dilakukan pihak penegak hukum belum menuai hasil oleh Warga Dusun Rumaolat, mereka juga tidak mau membuka akses jalan utama menuju Olong selama tiga (3) hari terhitung pada tangal 31 Maret 2025 sampai dengan tangal 03 April 2025,” jelas Abdul.
Dalam keterangan tersebut dia lantas berkata, Bahwa akibat dari tindakan pemalangan jalan tersebut selama tiga hari yang masih terus dilakukan oleh Warga Dusun Rumaolat mengakibatkan Warga dari berbagai Negeri/Desa di Teluk Dalam seram utara tidak dapat menuju ke Desa Olong, begitupula Warga Desa Olong tidak dapat melewati jalan utama yang telah dipalang oleh Warga Dusun Rumaolat tersebut.
“Kondisi ini menimbulkan keresahan dan ketidakpuasan Warga teruma Warga dari Negeri Sawai dan Desa Olong yang masih dalam suasana lebaran Idulfitri dan dalam melakukan katifitas lainya melewati jalan utama yang telah dipalang oleh Warga Dusun Rumaholat tersebut,” kata Abdul.
Berdasarkan infomasi yang dihimpun, selain pemalangan jalan yang dilakukan oleh Warga Dusun Rumaolat, tepatnya pada tangal 03 April 2025 pukul 09:30 kembali lagi terjadi pemalangan jalan yang dilakukan oleh Warga Dusun Rumaolat dengan tindakan menebang Pohon di Negeri Sawai (500 M Gapura Masuk Selamat Datang di Negeri sawai). Akibat dari tindakan tersebut kemudian direspon oleh Warga Masyarakat Sawai dengan mendatangi lokasi pemalangan jalan dengan tujuan hendak membuka akses jalan tersebut.
Baca juga: Guru asal NTT tewas oleh KKB di Papua, Begini kata Natalius Pigai
Cerita di Balik Penembakan Aparat Kepolisian

Upaya mau dilakukan pembukaan jalan oleh Warga Sawai dihadang atau dilarang oleh Dua anggota POLRI dan TNI agar tidak boleh melewati pemalangan jalan karena dapat membahayakan keselamatan warga sawai yang ada di lokasi tersebut, namun oleh warga Sawai tetap bersikukuh untuk membukan akses jalan demi menjamin keselamatan Warganya yang hendak menuju ke Negeri Sawai maupun yang hendak berperian ke lain tempat (Muduk, bekerja dll).
Saat pihak keamanan TNI dan Polisi kembali melakukan koordinasi ke masing-masing dengan meninggalkan lokasi penebangan pohan, tidak lama kemudian Warga Sawai dengan inisiatif sendiri maju hendak membuka pemalangan jalan di sambut dengan tembakan dan panah yang datang dari arah bukit yang dilakukan oleh Warga Desa Masihulan. Akibat dari penembakan dan panah tersebut mengakibatkan korban luka tembak dua orang Warga Negeri Sawai, situasi tersebut membuat warga Negeri Sawai semakin marah dan berupaya untuk melewati jalan yang dipalang menuju Desa Masihulan.
Baca juga: Soal UU TNI, AHY: Tidak akan mengembalikan Dwifungsi ABRI Orde Baru
Saat menuju Desa Masihulan suda ada pihak keamanan POLRI dan TNI berupaya melakukan tidakan mencegah untuk melerai konflik yang terjadi dengan melarang Warga Sawai tidak lagi menuju Desa Masihulan di sekitar jalan tanjakan menuju Desa Masihulan, saat Warga Sawai dapat dihalau oleh pihak kepolisian dan TNI, warga Sawai kemudian secara perlahan dan berangsur angsur mundur ke Pertigaan jalan menuju Sawai.
Tak lama kemudian terjadilah penembakan yang dialami oleh salah satu anggota Polisi di jalan tanjakan yang diduduki oleh Pihak keamanan polisi, TNI dan beberapa Warga Desa sawai dimana korban ditembak, korban yang merupakan aparat Kepolisian. Setelah tertembak dan jatuh kemudian ditolong dan diefakusi oleh beberapa warga sawai dan Anggota Polri dan TNI.
Dengan tertembaknya anggota Polri tersebut apparat kepolisian yang lain serta angota TNI akhirnya meningkalkan lokasi, dan warga sawai kembali berupaya menuju Desa Masihulan. Perlawanan pun dilakukan oleh Warga Masihulan untuk menghalau dan mempertahankan desanya namun dapat di ditembus oleh warga Sawai.
Karena banyaknya luka tembak yang dialami Warga Sawai sehingga mereka membakar Rumah warga Masihulan dengan tidak membakar fasilitas pemerintah berupa Sekolah, Kantor Desa, Balai Desa, dan Rumah Ibadah. ***