Purworejo – Pembangunan Bendungan Bener di Purworejo mengalami sedikit kendala sehingga target penyelesaiannya mundur hingga akhir tahun 2027. Meski demikian, proyek strategis nasional ini kini telah mencapai 60% pengerjaan.
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Bendungan Bener, Novan Eka Adila, menjelaskan bahwa mundurnya target penyelesaian ini disebabkan oleh kebijakan relaksasi pemerintah pusat yang lebih memprioritaskan ketahanan pangan.
“Sebenarnya, pembangunan bendungan ini terkena kebijakan relaksasi, karena sekarang prioritasnya kan bukan di bendungan lagi prioritasnya lebih ke ketahanan pangan. Jadi bendungan-bendungan yang ada sekarang kena kebijakan relaksasi. Jadi penyelesaiannya agak mundur sedikit, karena pemerintah pusat ada prioritas lain, yaitu di ketahanan pangan,” ujar Novan.
Bendungan Bener yang digadang-gadang menjadi bendungan tertinggi di Indonesia ini akan memiliki ketinggian sekitar 169 meter dan mampu menampung air hingga 90,39 juta meter kubik. Proyek raksasa ini menelan anggaran lebih dari Rp 4 triliun.
Saat ini, pekerjaan yang tengah digencarkan adalah menimbun area dasar sungai, menggali saluran pembuangan, serta melakukan injeksi semen untuk memperkuat pondasi. Selain itu, ribuan ton batu andesit dari Desa Wadas terus diangkut ke lokasi proyek.
Pembangunan bendungan ini membutuhkan lahan seluas 590 hektare yang melibatkan delapan desa. Desa Wadas, yang menjadi sumber material batu andesit, menjadi salah satu desa yang paling terdampak.
